“Celakalah kita wahai manusia. Sudah datang pada kita ribuan Nabi dan orang-orang shalih. Sudah diturunkan untuk kita ribuan ayat dan peringatan. Tapi kita masih saja menahan diri dari pusarannya, malah melulu mengangguk pada syahwatnya.”
—Syaikh Ali Ath Thantawi
Yang kita ingat justru adalah manusia-manusia yang Allah-lah tujuan utama hidupya. Bahkan Allah jadikan kisah Ibrahim, Ismail dan Ibunda Hajar sebagai hari raya yang Allah perintahkan kita untuk bahagia menjalaninya.
Mari kita coba bertanya; Mengapa Nabi Ibrahim demikian abadi namanya sepanjang sejarah umat manusia? Apa yang menyebabkan beliau mendapatkan keberkahan yang tumpah ruah sehingga digelari sebagai Bapak Para Nabi dan Khalilurrahman?
Di antara banyak jawabannya, salah satunya adalah; orientasinya yang Robbani. Semua yang beliau lakukan, tolok ukurannya bukan pada nominal apalagi penghasilan, bukan tentang dirinya sendiri dan bukan tentang cara menguntungkan pribadinya.
Sejak mula, semua umurnya total untuk Allah. Semuanya diukur dengan apakah manusia mengenal Allah atau tidak, apakah dakwah meluas atau tidak. Meminjam kata seorang tokoh pendahulu kita, Prawoto Mangkusasmito. “untung rugi hidup kita hendaknya diukur dengan untung ruginya Islam."
.
Sebuah untaian syair mengabarkan pada kita mengapa Baginda Ibrahim begitu harum namanya dalam kenangan sejarah, wangit betul jasanya diabadikan oleh Al Qur’an.
—Syaikh Ali Ath Thantawi
Inspirasi dari Nabi Ibrahim
Ternyata kita banyak menyebutnya, tapi gagal menangkap inspirasinya. Bayangkan, 4000 tahun bukanlah waktu yang sedikit. Jarak kita dengan Nabi Ibrahim terlalu jauh. Sudah berapa negeri berdiri dan runtuh. Sudah berapa umat yang lahir lalu hancur. Sudah berapa raja-raja yang mati-matian mengabadikan namanya dalam prasasti namun ternyata yang kita ingat sekarang bukanlah mereka semua.Yang kita ingat justru adalah manusia-manusia yang Allah-lah tujuan utama hidupya. Bahkan Allah jadikan kisah Ibrahim, Ismail dan Ibunda Hajar sebagai hari raya yang Allah perintahkan kita untuk bahagia menjalaninya.
Mari kita coba bertanya; Mengapa Nabi Ibrahim demikian abadi namanya sepanjang sejarah umat manusia? Apa yang menyebabkan beliau mendapatkan keberkahan yang tumpah ruah sehingga digelari sebagai Bapak Para Nabi dan Khalilurrahman?
Di antara banyak jawabannya, salah satunya adalah; orientasinya yang Robbani. Semua yang beliau lakukan, tolok ukurannya bukan pada nominal apalagi penghasilan, bukan tentang dirinya sendiri dan bukan tentang cara menguntungkan pribadinya.
Sejak mula, semua umurnya total untuk Allah. Semuanya diukur dengan apakah manusia mengenal Allah atau tidak, apakah dakwah meluas atau tidak. Meminjam kata seorang tokoh pendahulu kita, Prawoto Mangkusasmito. “untung rugi hidup kita hendaknya diukur dengan untung ruginya Islam."
.
Sebuah untaian syair mengabarkan pada kita mengapa Baginda Ibrahim begitu harum namanya dalam kenangan sejarah, wangit betul jasanya diabadikan oleh Al Qur’an.
Post a Comment
Post a Comment