Anak muda itu tak pernah berhenti memecah kesunyian. Ia, masih dengan mimpinya, bertekad penuh untuk membangun kembali serpihan-serpihan Kekhalifahan Umayyah yang baru saja dihancurkan oleh klan Abbasiyah. Keluarganya dikejar, diperangi. Umayyah telah mati, tergantikan dengan dinasti baru. Namun jiwa si anak muda ini belum mati.
Ya, sejak Abbasiyah menaklukkan Umayyah di Timur Tengah, dia pun masuk dalam daftar pencarian orang. Semua tentara dikerahkan untuk mengejarnya. Di tengah masa yang pelik itu, akhirnya ia memberanikan diri berenang berkilo-kilo membelah sungai Tigris. Usianya masih 19 tahun saat itu. Dari negerinya, ia pergi jauh ke arah barat, menuju Afrika untuk mengumpulkan kekuatan baru, membangun negara baru.
Abdurrahman bin Muawiyah, darah Kekhalifahan Umayyah mengalir deras di nadinya. Hanya dia satu-satunya yang selamat dan hanya dia yang mampu membuat gerakan besar untuk membangun negara Umayyah. Tapi dimana? Dimana negeri yang cukup besar dan terpisah dari Abbasiyah untuk dijadikannya negara?
Jawabannya; Andalusia. Abdurrahman bin Muawiyah menyebrang di 15 Ramadhan 138 Hijriah menuju wilayah Andalusia yang indah itu dan diangkat menjadi pemimpin pada 10 Dzulhijjah 138 Hijriah. Dia dengan bala tentara setianya akan membangun negeri baru di atas Andalusia yang kala itu sedang krisis kepemimpinan. Singgasana pemimpin diperebutkan, sebagaimana game of thrones. Banyak kabilah saling berperang, banyak yang mengklaim diri sebagai penguasa.
Di saat-saat krisis itulah Abdurrahman bin Muawiyah masuk ke Andalusia dan menyatukan semua kekuatan-kekuatan umat menjadi satu padu. Di usianya yang ke-25, ia berhasil membangun Emirat Umayyah di Spanyol, yang kelak akan bertahan berabad-abad lamanya. Itulah yang membuatnya digelari sebagai "Abdurrahman Ad Dakhil", atau "Abdurrahman The Entrant" Sang Pendatang di Andalusia.
Hari ini kita mengenang lelaki hebat itu, yang digelari juga sebagai "Shaqr Quraisy", "the Falcon of the Quraysh", Rajawali Quraisy. Dia menjadi tokoh inspirasi karena dia berjuang dengan gigih, dengan cerdas dan tuntas. Walaupun Beliau diperlakukan sebagai buron Abbasiyah, pada akhirnya beliau tetap menjadi orang yang setia dengan Islam dan syariat-Nya. Bahkan di cincinnya tertulis kalimat, "عبد الرحمن بقضاء الله راض" Abdurrahman ridha dengan ketentuan Allah.
.
Selama kepemimpinannya, pencapaian besar dan kemajuan berlipat-lipat dirasakan oleh penduduk Andalusia seluruhnya tanpa terkecuali. Ia menekankan pentingnya masjid dan ilmu, persatuan dan pendidikan, juga jihad di jalan Allah. Di masanya, ia bersinggungan dengan Kaisar Charlemagne dan raja-raja Eropa lainnya. Saat itu Kaum Muslimin memiliki izzah yang tinggi dan menjadi global player.
.
Sejarah Abdurrahman Ad Dakhil
References :
1. ابن القوطية، أبو بكر محمد بن عمر (1989). تاريخ افتتاح الأندلس. دار الكتاب المصري، القاهرة - دار الكتاب اللبناني، بيروت
2. ابن عذاري، أبو العباس أحمد بن محمد (1980). البيان المغرب في اختصار أخبار ملوك الأندلس والمغرب. دار الثقافة، بيروت
Post a Comment
Post a Comment