Berbicara tentang Sultan Abdul Hamid II, akan banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari perjalanan kehidupannya. Beliau bukan hanya pemimpin yang mendapat kehebatan hanya karena warisan nasab. Pribadi Sultan Abdul Hamid II adalah sebuah obor yang berusha menerangi ruang keumatan yang mulai kelam gulita dengan aroma kemunduran.
Selain karena beliau adalah seorang yang mencintai ilmu pengetahuan, Sultan Abdul Hamid II juga menjadikan Islam sebagai prinsip hidup yang tak bisa ditawar-tawar. Di masanya, Eropa sedang bangkit dengan sains dan teknologi, namun itu tak membuat beliau silau dengan gemerlapnya.
Sejarah Sultan Abdul Hamid II dan Pendidikan
Sultan Abdul Hamid II berusaha mendudukkan peradaban Barat dengan adil. Yang baik diambil dan dikembangkan. Namun yang salah, ya jangan ditiru. Cara pandang yang adil ini justru yang mengantarkan Utsmaniyah mendapatkan perkembangan pesat di bawah kepemimpinan beliau, rahimahullah.
Benjamin C. Fortna dalam Bukunya 'Imperial Classroom: Islam, The State and Education in the Late Ottoman Empire' menuliskan bahwa sistem pendidikan di masa kepemimpinan Abdul Hamid II adalah "tremendous expansion in the number of state school in the empire." Kemajuan besar-besaran dalam peningkatan kualitas layanan pendidikan.
Ada sekolah hukum, sekolah tinggi keuangan, sekolah tinggi kesenian, sekolah tinggi dagang, sekolah tinggi teknik, sekolah dokter hewan, sekolah tinggi polisi. Di zamannya pula yakni tahun 1900, Universitas Turki modern, Darul Funun yang kemudian dikenal dengan Universitas Istanbul didirikan.
Tapi, justru yang menjadikan sistem pendidikan ini Istimewa adalah karena Sultan Abdul Hamid II tetap menegakkan ilmu-ilmu syariah dalam metode pembelajarannya.
Beliau dekat dengan para Ulama, kelompok-kelompok Islamis, pembela persatuan Islam. Prinsipnya mendorong beliau menciptakan sebuah atmosfer belajar yang terangkum dalam 3 poin :
.
1. Tidak terlalu memfokuskan pada materi sastra dan sejarah umum dari program sekolah. Sebab ini justru mengantarkan anak-anak muda muslim pada rasa cinta pada bangsa lain yang berbeda pandangan hidup dengan Islam.
.
2. Menjadikan Tafsir, Fiqh, Akhlaq sebagai materi pelajaran di sekolah-sekolah Utsmaniyah.
.
3. Mencukupkan dan fokus pada belajar sejarah Islam, termasuk di dalamnya Sejarah Kesultanan Utsmaniyah.
.
Referensi : Di Balik Runtuhnya Turki Utsmani, karya Ust Deden Herdiansyah
Post a Comment
Post a Comment